Biografi

Penulis

KELUARGA & PENDIDIKAN

Alizar Tanjung, lahir, 10 April 1987, di Dusun Karangsadah (sebagian orang menulis karansadah), Kenagarian Kampung Batu Dalam, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, dari  dari pasangan Sarudin & Nursiah. Zar anak ketiga dari bertujuh bersaudara. Saudara pertama Ambri Anto menekuni pertanian. Saudara nomor dua sudah berpulang sebelum sempat bertemu dengan Alizar Tanjung. Saudara keempat, perempuan, menetap di Solok sebagai ibu rumah tangga. Saudara kelima berpulang ke ilahi pada tahun 2004. Saudara keenam dan ketujuah masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Dia bersekolah di SDN  33 Inpress Solok, MTsN Durian Tarung Padang, Man 2 Padang. Lulus pada tahun 2011 sebagai Sarjana Pendidikan Islam di IAIN Imam Bonjol Padang jurusan Pendidikan Agama Islam.


Pada tahun 2016, Zar, menikah dengan Naomi Martha. Perempuan keturunan darah Pariaman.

 

KARIER MENULIS

Zar sudah menulis sejak kecil. Kelas 5 SD, Zar menulis surat cinta dan pantun. Surat-surat cinta itu Zar kirimkan kepada pole (pacar). Kebiasaan menulis surat ini terus belanjut sampai Zar MAN. Setamat dari SD, Zar berpindah ke Kota Padang ikut saudara sepupu yang seorang loper koran sekaligus marbot masjid. Di sini sepupu dari garis keturunan bapak mengenalkan Zar kepada koran. Zar terbiasa mengkliping koran, memotong bagian halaman yang terutama mempunyai ilustrasinya. Bagi Zar itu aktifitas yang menarik minatnya.

“Belajarlah menulis. Kirimkan ke koran. Ada honornya,” begitu celetuk saudara sepupunya suatu hari. Semenjak Zar di duduk di bangku sekolah MAN, saudara sepupunya sering berbicara tentang dunia koran dan memintanya untuk menulis di koran. Pekerjaan saudara sepupunya yang loper koran membuat dia mulai bersentuhan meski belum memulai menulis di mediamasa. 

Beranjak kelas tiga Zar harus berpisah tempat tinggal dengan saudara sepupunya. Berpisah tempat tinggal menandakan titik awal akhirnya Zar meniatkan untuk menjadi seorang penulis. Tekad Zar sudah bulat untuk menjadi seorang penulis. Setiap hari di setiap jam istirahat Zar bakal menyempat ke perpustakaan sekolah. Bahkan lebih sering dengan sedikit terburu-buru ke perpustakaan disebabkan sedikit jam istirahat yang bisa dia manfaatkan untuk membaca buku. Kalau kelas kosong Zar bakal sangat senang sekali, itu artinya ada waktu untuk membaca buku.

Jam-jam sepulang sekolah Zar pergunakan untuk menulis secara otodidak. Ada masa-masa yang amat sulit untuk menghasil satu tulisan. Jangankan menghasilkan satu tulisan, buat menulis satu paragraf pertama saja luar biasa sulitnya. Tidak jarang dihabiskan waktu yang berjam-jam hanya untuk menghasilkan satu paragraf tulisan. Ini berlanjut berbulan-bulan.

Pada tahun 2007 saat mulai memasuki bangku perkuliahan, Zar mengirimkan karya-karyanya berupa cerpen dan puisi ke media cetak yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Kemudian cerpen-cerpen dan puisi-puisi Zar atas nama Alizar Tanjung terbit di media-media di Tanah Jawa dan Sumatera. Ada masa-masa Zar harus mengalami penolakan berulang-ulang oleh media. Begitu banyak cerpen dan puisi Zar yang ditolak selama bertahun-tahun oleh media-media yang memiliki nama besar. Semisal Tempo butuh waktu tiga tahun bagi seorang Alizar Tanjung untuk menunggu terbit cerpen di sana. Serupa Kompas butuh waktu lima tahun bagi seorang Alizar Tanjung menunggu puisinya publikasi di sana. Penolakan demi penolakan semakin membuat semangatnya menggebu-gebu. Adrenalinya dipacu untuk terus berkarya lebih baik lagi.

Karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, opini, dipublikasikan di banyak media; Harian Kompas, Tempo, Media Indonesia, Horison, Sindo, Jurnal Nasional, Suara Pembaharuan, Suara Merdeka, Story, Suara Karya, Global Medan, Sumut Pos, Analisa, Haluan Riau, Pewarta Indonesia, Berita Pagi (Palembang), Linggau Post, Singgalang, Padang Ekspres, Haluan, Majalah Tasbih, Majalah Mayara, Sumbar Raya, Suara Kampus, Jurnal Medan, Majalah Sagang, Lampung Pos, Riau Pos, Indo Pos, Berita Kota Kendari, dll.

Dia menghasilkan karya dalam bentuk buku dan antologi; Rendezvous di Tepi Serayu (Grafindo Litera Media, 2009). Bukan Perempuan (Grafindo Litera Media, 2010). Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Triwulan 2010 (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, Oktober 2010).  Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Triwulan 2010  (Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, Oktober2010). Puisi Menolak Lupa (Unggun Religi, 2010). Kerdam Cinta Palestina (Felipenol, 2010). Lelaki yang Dibeli (Grafindo, 2011). Cinta Putih Abu-abu (Leutika Prio, 2011). Akulah Musi (Dewan Kesenian Palembang, 2011). TSI Ternate (Dewan Kesenian Ternate, 2011). Narasi Tembuni (Komunitas Sastra Indonesia, 2012). Akar Anak Tebu (Pusakata, 2012). Saok Seloko(PPN Jambi 2012), Segara Aksara, (PPN IX Tanjung Pinang, 2016), dll.

Tahun 2015 diundang di International Salihara Literary Biennale 2015 di Jakarta.

Bukunya Jemari yang Saling genggam (cerpen, Kakilangit, 2015), (Kalilangit, 2015). Anak-anak Karangsadah (Novel, Erka Publishing, 2016), Dilarang Bermain Api (Puisi, Segera)